Kasta Pahlawan Tanpa Jasa (Catatan Seorang 'jam mati')

<

Hari ini tepat 4 bulan saya mengabdikan diri pada bangsa ini dan berjuang bersama para pendidik lainnya untuk mencapai suatu misi yang entah kapan misi itu bisa benar-benar terwujud dalam keadaan yang serba pas-pasan, semakin hari semakin terlihat perbedaan antarasi jam mati dan si SK , begitulah saya memberikan panggilan pribadi kepada 2 jenis pekerjaan yang sama tapi sesungguhnya benar-benar berbeda yakni si "Guru Honorer dan si Guru PNS".

Saya ingin bercerita kembali ke hari pertama sebelum 6 bulan dari sekarang di mulai, dimana semuanya berjalan sangat menyenangkan ketika pertamakali saya menginjakkan kaki di gedung yang mewah dan di lengkapi dengan podium yang sangat besar, dan di sekeliling gedung di lengkapi dengan sound system yang menggelegar serta layar-layar LCD untuk menampilkan shoot dari setiap gambar para wisudawan dan wisudawati. Saya wisuda... saya telah lulus...dan menjadi sarjana.... ! begitulah kiranya kata-kata yang terus terucap hanya di dalam benak saya.
Gemerlap gempita, isak tangis dan tawa canda bahagia menyelimuti satu hari yang sangat dinamis itu, senyum kebahagiaan terlihat sangat jelas di bibir kedua orang tuaku yang telah berjibaku agar anaknya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi.

Hari-hari setelah wisuda berlalu, kini saatnya saya mengambil hasil kerja keras berselancar selama 4 tahun dengan bangku kuliah serta buku-buku yang jumlah halamannya kadang melebihi jumlah jam dalam 1 minggu. hasil itu berupa selembar kertas yang sangat berharga yakni ijazah.

Setelah 3 bulan lulus dan mendapatkan gelar s.kom (sarjana komputer) dari salah satu universitas negeri di jakarta saya berjibaku mencari pekerjaan, sama seperti para pelamar lainnya: mencari lowongan > kirim berkas lamaran > tes tulis > tes psikologi > wawancara > hasil ?

Setelah beberapa perusahaan saya coba dan hasilnya gagal, akhirnya ada dua perusahaan yang berhasil saya taklukkan (red), diantara dua perusahaan itu saya memilih salah satunya yakni perusahaan yang bergerak dalam bidang retail (supermarket) yang logonya di dominasi dengan warna biru dan merah, posisi saya sebagai staff IT di perusahaan tersebut, sayapun bekerja dengan giat hingga pada satu hari saya membuka file berkas kuliah dan disitu ada catatan saya mengenai dunia pendidikan di indonesia, hati sayapun tertegun, kembali teringat masa kuliah dimana saya pernah berangan untuk memajukan pendidikan di indonesia dalam bidang IT, khususnya di tempat kampung halaman saya.

Setelah saya yakin, sayapun beralih profesi, tahun ajaran baru di mulai tepatnya tanggal 12 juli 2010, saya datang ke sekolah negeri untuk melamar pekerjaan sebagai guru komputer, sayapun langsung di terima karena sekolah tersebut merupakan salah satu client saya untuk pembuatan website sekolah dan kebetulan juga sekolah sedang membutuhkan guru komputer dan maintainer lab komputer.

Hari pertama terasa asing untuk saya yang baru pertama kali menjadi guru, karena latar belakang pendidikan saya bukan keguruan melainkan sains murni, saya tidak memiliki basic apapun tentang dunia keguruan.
Setelah beberapa hari akhirnya terbiasa menjadi seorang guru yang segala perilakunya di "gugu dan di tiru". Sambil menyelam minum air, sayapun mempelajari teknik-teknik mengajar yang baik dari guru-guru senior di sekolah ini.

Singkat cerita, tanggal 1 awal bulan akan segera tiba, dan itu hari dimana gaji pertama saya sebagai pejuang pendidikan di berikan, kaget bukan kepalang..ternyata di bawah UMR... sedih bukan main...saya sangat tidak tahu sistem penggajian guru honorer di indonesia, saya kira gaji mengikuti standard UMR yang berlaku di tiap daerah.

Honor saya ternyata dihitung dari jam mengajar selama 1 minggu, bukan 1 bulan, setelah saya mencari informasi ternyata ini yang dinamakan dengan "JAM MATI"
saya mengajar seminggu 32 jam, honor Rp.10.000 / jam, jadi total honor saya sebulan itu...??? anda bisa menghitungnya sendiri. Tapi alhamdulillah karena saya disini juga sebagai maintainer lab, jadi sebulan saya mendapatkan kurang lebih 600ribuan.

Kasta Guru, begitulah yang saat ini ada di benak saya, bagaimana bisa seorang 'jam mati' yang berkedudukan sama dengan si 'SK' lainnya di tanah air ini mendapatkan honor yang di bawah UMR? bagaimana kesejahteraan bisa tercipta? mengutip salah satu artikel di http://kpassfm.net :

....Kalau kita lihat dari penghasilan Guru honor dalam satu bulan, dia hanya mendapatkan penghasilan Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu saja, Gaji tersebut masih lebih kecil dari gaji para pembatu rumah tangga, Hal ini karena system gaji para guru honor memakai perhitungan jam mati, gaji guru honor dihitung berdasarkan banyaknya jam pelajaran dalam 1 minggu bukan dalam satu bulan, bila dalam satu minggu dia mendapatkan 20 jam pelajaran dan satu jam pelajarannya di hargai Rp 10 ribu berarti honornya Rp. 200 ribu itulah gajih atau honor dia selama satu bulan, Jumlah tersebut tidak akan berubah walaupun dalam satu bulan tersebut dia akan ngajar 4 kali atau 5 kali dari jumlah pelajaran dalam satu minggu. Entah undang-ungdang atau peraturan apa yang di jadikan dasar untuk perhitungan pengupahan para tenaga guru honor tersebut. Kalau kita bandingkan saja pendapatan guru honor tersebut dengan angka “KHL” Kemampuan Hidup Layak bagi masyarakat yang ada di kabupaten Bandung, itu sangat jauh tertinggal sampai 5 kali dibawah angka KHL, artinya para guru honor tersebut tidak pantas di sebutkan orang yang mempunyai predikat mempunyai kemampuan hidup secara layak, karena penghasilannya pun jauh dibawah normal. Coba kita bayangkan mau berkualitas bagaimana jika pengajarnya saja mendapat penghasilan di bawah kemampuan hidup layak “KHL”. Rasanya kita berharap terlalu jauh bila kita mengharapkan suatu yang berkualitas datang dari orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk hidup.

Entah dasar hukum darimana si 'jam mati' mendapatkan perhitungan honor sepreti itu?
sampai saat ini saya masih bingung dan selalu mencari jawaban atas dasar hukum apa kesenjangan itu bisa terjadi?padahal kami memilki hak dan tanggung jawab yang sama.

Mungkin inilah potret dari dunia pendidikan kita, dimana kesenjangan yang di buat dan dikotak kotakkan pemerintah dalam mencerdaskan bangsanya sangat kontras terlihat. Inilah suatu realita, dimana para 'pahlawan tanpa jasa' di stempel berdasarkan golongan

Ada beberapa hal yang pemerintah harus segera sikapi yaitu yang pertama mengenai guru honor, seyogyanya pemerintah memperhatikan terhadap kesejahteraan para guru honor tersebut, Guru honor pun sama mereka adalah para pekerja yang sudah sepantasnya juga terkait dengan undang-undang ketenaga kerjaan, dan seharusnya dalam peningkatan guru honor pun harus di terapkan sitem UMR dimana upahnya di sesuaikan dengan Kemampuan Hidup Layak di suatu daerah

Bagaimanapun itu dan apapun itu, niat untuk mencerdaskan bangsa selalu ada dan menggebu di benak para 'jam mati' tapi apa salah jika 'jam mati' memikirkan kesejahteraannya?

7 comments:

Ferdy mengatakan...

memang ada resiko di setiap pilihan, saya juga sama mas, seorang 'jam mati', sedih rasanya...

Anonim mengatakan...

sangat menyedihkan..kerja keras selama kuliah dan pengorbanan , tapi pada saatnya kita tidak mendapatkan hak seperti yang lainnya...

Anonim mengatakan...

pemerintah harusnya sering2 membaca curhatan para blogger... blogger yang berkedudukan sebagai guru..
miris sekali pendidikan di negeri ini, yang terlihat hanya pengkotak-kotakan sebuah posisi atau jabatan

Unknown mengatakan...

Guru itu seharusnya sgt dihargai sprt di negara2 eropa dn jepang contoh di asia...

slm kenal gan..mari sling BW n FOLLOW..

btw GW dah FOLLOW gan.. ats nm WONG.. NGantian ya.. thx ;)

Santri akhir pekan mengatakan...

teringat dengan sambutan sang kepala sekolah saat pertama kali menghirup udara baru dan lingkungan baru di sebuah lembaga pendidikan negeri setarap SMA di Tangerang Banten,"slmat datang saya ucpkan kepada "pak "jam mati" baru yang hari ini sudah mulai bergabung di sekolah kita ini". sautnya;."jadi guru baru itu jgan pernah menghayal kesejahteraan yang berlebihan..realitanya jadi guru honor ga ada duitnya, tpi kalau disabari, kesejahteraan itu akan menyusul".itu lah sederet kalimat yang masih membuat posisi saya saat ini merasa dilematis, antara semangat dan lesu.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
pietra dorand mengatakan...

hemm. aneh

Posting Komentar